Breaking News

6/recent/ticker-posts

Masjid Jogokariyan, Tren Manajemen Masjid Modern | Suara Bumigora


Masjid Jogokariyan, Mantirejon, Yogyakarta (Foto: Kawirian) 
"Ayo berjemaah ke masjid, makmur jemaahnya, makmur masjidnya."

Yogyakarta, suarabumigora.com - Demikian kutipan pesan yang  disampaikan takmir masjid Jogokariyan, Mantirejon, Yogyakarta, Enggar Haryo Panggalih, atau yang akrab dikenal Ustadz Galih, saat diwawancara tim liputan suarabumigora.com (Jumat, 13/9/2019). Menurutnya selama ini mengenai ungkapan "memakmurkan masjid" itu mesti dirubah maknanya. 

"Makmurkan dahulu jemaahnya, orang-orang di sekeliling masjid, maka dengan sendirinya masjid akan makmur," ungkap  Galih. 

Masjid Jogokariyan dikenal dengan masjid yang selalu ramai dikunjungi, mulai dari jemaah di sekeliling masjid hingga jemaah dari luar daerah, bahkan luar pulau jawa. 

Kegiatan pengajian muslimah di masjid Jogokariyan (Foto: Riska Remayanti) 
Jemaah yang berkunjung tersebut tidak hanya mengikuti program kajian atau tadris di masjid tersebut. Lebih dari itu, banyak pengurus masjid yang datang untuk belajar manajemen masjid. 

"Banyak jemaah dari luar daerah bahkan luar pulau, beberapa waktu lalu dari Kalimantan dan Merauke, datang untuk belajar mengenai manajemen masjid," jelas Galih. 

Galih menyatakan, pola pikir para pengurus masjid cenderung merasa bahwa mereka penguasa masjid, bukan pelayan jemaah masjid. Namun di masjid Jogokariyan pengurus masjid harus menjadi pelayan jemaah, menurut Galih, pola pikir semacam itu harus dirubah. 

"Oleh sebab itu kami di sini berkewajiban melayani, salah satu contohnya seperti tadi (jumat, 13/9/2019), selesai jumatan kita mengadakan makan siang bersama dengan para jemaah," ungkap Galih. 

Ia menyebutkan ribuan jemaah memadati masjid yang berkapasitas kurang lebih 1500 jemaah tersebut tiap pekannya. Sebagai takmir masjid jemaah yang ingin mengadakan kajian mesti menghubunginya terlebih dahulu untuk menjadwalkan pengajian. 

Pengurus masjid Jogokariyan, memiliki program kaderisasi generasi yang unik. Program yang digelar di masjid ini menyesuaikan dengan klasifikasi usia jemaah. Meski pada awalnya masjid ini hanyalah masjid lingkup kampung yang programnya meliputi internal kampung Jogokariyan, namun diselenggarakan pula program-program eksternal seperti tabligh akbar dan pengajian umum lainnya. 

"Banyak masyarakat beralasan tidak ke masjid karena tidak ada temannya di masjid, oleh karena itu kita programkan agar kajian dan kegiatan-kegiatan di masjid ini sesuai dengan klasifikasi usia. Jadi, anak-anak punya kajian sendiri, remaja, dewasa bahkan hingga yang sepuh punya kajian sendiri," pungkasnya. 

Bayu Surya Adi Putra (24), seorang jemaah lingkar masjid, yang kerap kali menghabiskan waktu di masjid Jogokariyan menyatakan hal senada dengan Ustadz Galih, Ia menyatakan kerap kali jemaah lain datang dari luar daerah hanya untuk belajar manajemen masjid. Selain itu, menurutnya masjid Jogokariyan selalu memiliki program di antara shalat lima waktu. 


Program kegiatan di masjid Jogokariyan (Foto:dyd, suarabumigora.com
"Banyak sekali yang datang dari luar kota untuk belajar manajemen masjid, dan kajian-kajian itu selalu ada, dari sehabis shalat subuh, sehabis shalat ashar, rutin diadakan setiap hari dengan program kajian berbeda," jelas Bayu. 

Selain pengajian, program-program rutin yang diselenggarakan pengurus masjid Jogokariyan sangat beragam, di antaranya santunan atau bakti sosial bertajuk "Baitul Maal, dari Masjid Mensejahterakan Ummat" dan program olahraga bertajuk "Senam Muslimah."

Masjid ini dilengkapi dengan Layar LED sebagai papan informasi pengajian dan program lainnya. Selain itu di samping-samping masjid ada penginapan, lapak souvenir dan ATM beras, yang dikelola oleh pengurus masjid. (sat/foto:dyd) 

Posting Komentar

0 Komentar