Breaking News

6/recent/ticker-posts

Bupati dan Wabup KLU "Dilempar" Massa ke Laut | Suara Bumigora


Bupati dan Wakil Bupati Lombok Utara, basah akibat diceburkan warga. 
Lombok Utara, suarabumigora.com - Bupati Lombok Utara, Najmul Akhyar dan Wakilnya, Sarifudin, diceburkan ke pantai oleh masyarakat Gili Trawangan, desa Gili Indah, Pemenang, di ujung perayaan Festival Trawangan, Rabu (23/10/2019). 

Festival Trawangan ditutup dengan ritual Mandi Safar, atau yang dikenal dengan Rebo Bontong (hari rabu yang terpotong). Ritual mandi safar tersebut diramaikan berbagai kalangan. Bukan hanya Bupati dan Wakilnya yang diceburkan ke laut, Kapolres Lombok Utara, AKBP Herman Suryono, Sekdis Budpar KLU, Baiq Prita Setiati, Kepala BPPD KLU, dan beberapa perwakilan OPD lingkup Pemda KLU. 

Iringan pembawa persembahan ritual. 
Dalam sambutannya sebelum menutup festival tersebut, Najmul Akhyar menyampaikan festival Trawangan akan dijadikan sebagai agenda tahunan di tiga gili (Trawangan, Air, Meno) secara bergiliran. Najmul menilai festival ini sangat penting untuk pelestarian budaya khususnya di KLU. 

"Festival ini penting untuk pelestarian budaya, ada ritual-ritual yang bernilai kultur tradisional di acara ini," ungkap Najmul dalam kondisi basah pasca diceburkan warga. 

Najmul Akhyar, saat diwawancara media.
Najmul menambahkan, Rebo Bontong merupakan ritual mandi pada hari rabu terakhir di bulan Safar (kalender hijriyah) sehingga dikenal juga dengan Mandi Safar. Ritual mandi ini bertujuan untuk mensucikan diri dari segala kotoran dan tolak bala (bahaya). 

"Semoga setelah ritual ini, kita semua disucikan dari berbagai kotoran hati, dan semoga daerah kita Lombok Utara tercinta dapat terhindar dari berbagai macam bala," doa Najmul sebelum menutup festival. 

Sekdis Budpar KLU, Baiq Prita Setiati, menyampaikan kegiatan Festival Trawangan, terselenggara berkat kerjasama panitia lokal, para pengusaha di gili Trawangan dan Pemda KLU, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) KLU. 

"Ini kerjasama panitia lokal, pengusaha dan dinas Budpar KLU, diselenggarakan di Trawangan, karena ikon pariwisata internasional KLU adalah Trawangan, jadi ini sebagai pintu masuk kita ke destinasi lain," jelas Prita.

Penutupan festival dirangkai dengan ritual Zikir dan Selakaran, serta begibung (makan bersama), dimeriahkan oleh penampilan musik hadroh oleh para santri. (sat) 

Posting Komentar

0 Komentar