Breaking News

6/recent/ticker-posts

Inaq Satria, Kartini dari Utara | Suara Bumigora


Inaq Satria, sedang merajut anyaman bakulnya

"Inaq Satria, pengerajin bakul, penopang ekonomi keluarga"

Lombok Utara, Suara Bumigora - Mengingat sosok tokoh wanita pejuang muda Indonesia R.A Kartini, tentunya tak lepas dari kegigihan beliau berjuang untuk masyarakatnya. Kegigihan inilah yang tampak pada sosok wajah keriput dan rambut putih Inaq Satria. 

Inaq Satria merupakan wanita tua, yang kini genap menorehkan angka 43 pada usianya, meski di usia demikian, ia tetap berusaha menafkahi keluarganya yang nyaris tidak berdaya. Hidup bersama suaminya Amaq Sono (77) yang sudah empat tahun menderita lumpuh dan cucunya Lutfhi (13) yang ditinggal mati ayahnya dalam insiden kecelakaan lalu lintas beberapa  tahun lalu, lantas tidak membuatnya putus asa. 

Inaq Satria, Sedang menekuni usaha bakulnya di rumahnya yang hancur oleh gempa
"Dahulu, saya sempat berjualan, namun untungnya tak seberapa, kemudian ikut menjadi buruh tani musiman untuk mencukupi kebutuhan keluarga" tuturnya (21/4/2019). 

Berbagai profesi kerap ditekuninya, mencari upah yang sekiranya bisa meringankan tanggungannya, namun sejak 2013 lalu iya mulai menekuni kerajinan bakul dari bambu dan tali-temali (tali doz) bekas yang berhasil dikumpulkannya. 

"Bakul yg saya buat ada berbagai ukuran, mulai dari yg kecil berdiameter 20cm, sedang 30cm, dan besar 50cm. Harganya mulai dari 7-20 ribu Rupiah" jelasnya. 

Keahlian merajut anyaman bakul tersebut ditempanya dari ibunya yang dahulunya juga seorang pengerajin bakul yang serupa dengannya. Akibat musibah gempa yang melanda Lombok Utara tahun lalu, kini ia menekuni rajutan anyamannya dibalik puing-puing rumahnya yang terluhat belum tertata. 


Aneka produk bakul yang dihasilkan Inaq Satria
Bermukim di Dusun San Baro, Desa Bentek, Kecamatan Gangga, Lombok Utara, yang merupakan daerah pertanian, membuat kehidupannya tak jauh pula dari aktivitas pertanian. Kendati menekuni usaha kerajinan bakul, ia kerap kali menjadi buruh tani saat musim tanam dan musim panen tiba, sekadar mencukupi kebutuhan dapurnya. 

Dengan beban hidup yang besar di usianya yang senja tentunya ia mengharapkan bantuan dari pemerintah setempat untuk mempermudah pekerjaannya. "Mau saja kita dibantu untuk membuat kelompok usaha, mun arak batur kanca ngusahayangnya (kalau ada teman yang mengusahakan)" tutup Inaq Satria, dengan dialek Sasak Utara. 

Kegigihannya untuk berjuang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan upayanya menghidupi suami yang lumpuh bersama cucunya yang masih bersekolah, patut diapresiasi sebagai implikasi kegigihan seorang Kartini di Lombok Utara. (sat) 

Posting Komentar

0 Komentar