Dampak gempa Lombok 2018 (gambar : IDNTimes) |
Lombok Utara, suarabumigora.com - Mengenang peristiwa pilu dua tahun lalu tepat di hari ini (5/8/2018), pulau 1000 masjid (Lombok) digetarkan dengan 7,0 Magnitudo. Hal tersebut melululantahkan segalanya, tidak hanya bangunan yang tunduk terkapar, jiwa masyarakat pun terkoyak. Ratusan jiwa melayang, puluhan ribu rumah menjadi rongsokan, tentu saja jutaan jiwa kemudian menikmati sinar mentari dan cahaya bulan di balik selembar terpal selama berbulan-bulan.
Gempa dahsyat tersebut lantas melumpuhkan perekonomian warga dengan skala besar, bantuan dari berbagai penjuru berdatangan mengatasnamakan persaudaraan. Semangkuk mie dan telur, menikmati suap demi suap bantuan sosial yang kian berdatangan. Tragedi tersebut begitu banyak menyimpan falsafah kesedihan, namun sarat pelajaran kehidupan.
Berbicara mental, pasca gempa tersebut hampir semua masyarakat takut melihan bangunan berbahan tembok, masyarakat yang rumahnya tidak hancur pun menjadi takut untuk tinggal di dalam rumah. Bahkan, truk besar yang melintas pun kerap dianggap gempa oleh masyarakat. Namun setelah dua tahun gempa berlalu, mental masyarakat dinilai sudah menguat.
Ditemui di ruang kerjanya, Kalaksa BPBD KLU Muhadi, membenarkan hal tersebut, ia mengungkapkan kini mental masyarakat khususnya di Lombok Utara sudah semakin pulih, mereka sudah dapat terbiasa dengan gempa, pasalnya hingga saat ini di Lombok Utara masih sering terjadi gempa dengan skala kecil.
Kalaksa BPBD KLU Muhadi |
"Kita melihat kini masyarakat sudah mulai perlahan terbiasa dengan gempa, karena sering juga terjadi gempa hingga saat ini namun dengan skala kecil, sekarang masyarakat sudah tidak begitu trauma. Semoga peristiwa itu tidak terulang lagi," papar Muhadi di ruangannya, Selasa (4/8/2020).
Semakin membaiknya mental masyarakat ini, tidak dipungkiri muhadi adalah berkat keinginan masyarakat yang memang ingin bangkit dan segera pulih dari keterpurukan. Di samping itu peran pemerintah dan berbagai NGO (Non Governtment Organisations) yang turut membantu pemulihan psikis (trauma healing) masyarakat juga sangat berpengaruh. Ia berterimakasih atas peran serta berbagai pihak tersebut.
"Ini memang semangat masyarakat untuk bangkit, dan kami pihak BPBD KLU juga berterimakasih atas bantuan dari berbagai organisasi yang menggelar trauma healing bagi warga KLU. Terobatinya trauma masyarakat ini tidak lepas dari peran semua pihak," ungkapnya.
Ditemui di kediamannya, Hj. Mahnim, salah satu warga desa Akar-akar, Bayan, merasa sudah tenang sampai saat ini, kendati rumahnya luluh lantah digetarkan gempa, ia sudah merasa lebih baik. Kini ia bersama suaminya tinggal di rumah yang sekaligus ia jadikan tempat berniaga dan tidak merasa khawatir lagi.
"Dulu kita sangat takut, namun sekarang sudah merasa lebih baik, kita sudah mengetahui bagaimana menjaga diri, dan memiliki pengetahuan mitigasi bencana, yang penting kita tahu, meskipun namanya bencana ini kuasa Tuhan," ujarnya sembari merapikan buah yang ia jual.
Kendati demikian, memang tidak bisa dipungkiri, masih ada masyarakat yang memang masih takut tinggal di dalam rumah, selain itu beberapa rumah tahan gempa bantuan pemerintah pun masih ada yang belum terbangun, sehingga ada warga yang masih tinggal di hunian sementara. (sat)
0 Komentar