Breaking News

6/recent/ticker-posts

Pengrajin Tenun Tidak Hanya Koridor Pelaku Ekonomi Tetapi Pahlawan | Suara Bumigora

Tanjung, suarabumigora.com - Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) melalui Bappeda berkerja sama dengan Organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Bidang Sosial dan Budaya (UNESCO) menggelar Temu Publik dan Pameran Program Pemulihan Pascagempa bagi Penenun Lombok yang dibuka langsung oleh Bupati Lombok Utara H. Najmul Akhyar, Kamis (28/11). 

Dalam sambutannya,  Najmul Akhyar menyampaikan terima kasih kepada UNESCO yang sudah meluangkan waktu untuk datang ke KLU. Ucapan terima kasih juga kepada BPMB Bali seraya menyampaikan selamat datang kepada para pengrajin tenun dari Kabupaten Lombok Timur. 

Dikatakan bupati, perlunya para pihak berbicara masalah tenun secara holistik dalam konteks ruang yang lebih luas dan bukan hanya di Lombok Utara. Hal ini perlu dipahami secara komprehensif lantaran pihaknya tidak memandang para pengrajin tenun hanya dalam koridor pelaku ekonomi semata tetapi lebih sebagai pahlawan.

"Kami lihat beliau-beliau bukan hanya jadi pelaku ekonomi tetapi kami menganggap mereka sebagai pahlawan sehingga Pemda KLU memberikan suport kepada mereka," ungkapNajmul.

Menurut orang nomor satu di bumi Tioq Tata Tunaq ini, diskusi publik tersebut dipandang sangat strategis dan punya makna penting sehingga diharapkan bisa berdampak pada peningkatan ekonomi.

"Khusus kami di Lombok Utara kepala dinas kami punya kebijakan hari Kamis harus menggunakan pakaian adat. Kebijakan ini berdampak pada pelaku usaha tenun dan penenun," tegas bupati.

Pengaturan kebijakan penggunaan pakaian adat bagi aparatur Pemda KLU akan diatur melalui peraturan bupati (Perbup). Saat ini, tambahnya, Pemda KLU melalui OPD leading sektor sedang menggodok ragangan Perbup dimaksud. Di samping itu, bupati juga berencana mengundang para kepala OPD dan kepala sekolah untuk menandatangani MoU penggunaan tenun agar bisa berdampak langsung terhadap para penenun. Ekspektasinya, kain tenun ini tidak hanya menjadi pakaian formal saja tetapi juga bisa dipakai oleh para milienial sehingga bisa membangkitkan semangat anak muda untuk menggunakan tenun.

"Harapan saya untuk penenun supaya bisa berkolaborasi dengan penenun lain. Intinya, bagaimana perkakas budaya bisa bermanfaat tak hanya pada aspek sosial tetapi juga aspek ekonomi," harap Sekjen APKASI ini.

Dalam kesempatan itu juga,  Ketua BPMB Bali I Made Darma Suteja mengharapkan kehadiran para desainer dari Jakarta dapat membantu sekaligus mengangkat ekonomi penenun dan pelaku usaha tenun Lombok Utara.

Ditambahkan Suteja, kain tenun merupakan prouduk yang dekat dengan manusia sehingga ketika seseorang berbicara tenun pada hahekatnya tidak hanya berbicara ekonomi saja, tetapi ada nilai-nilai kultural yang memiliki makna penting dan perlu dipelajari dengan pendekatan kultural.

"Berbicara fashion kita sangat bangga karena kain tenun Pringgasela telah jadi warisan budaya Indonesia. Semoga kehadiran UNESCO bisa membawa kain tenun menjadi kekayaan dunia," harapnya.

Dikatkan juga, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tradisi lisan yaitu manuscrif, adat istiadat, situs, teknologi tradisional dan rumah adat yang perlu diidentifikasi secara bersama-sama. Perkakas budaya bukan hanya berupa benda saja tetapi mencakup pellbagai unsur kebudayaan. 

Dicontohkan Kepala BPMB ini, bilamana seseorang mengenakan kain londong abang berarti ia boleh ikut melakanakan ritual adat. Pun dalam konteks teknologi juga ada teknologi tradisional untuk tools pembuatan beragam produk tenun. Kain tenun ini tak hanya berfaedah untuk pembungkus badan belaka tetapi punya simbol tersendiri terkait dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.

"Harapan kami agar tidak ada klaim mengklaim sehingga kita harus menginventarisirnya," harap Suteja.

Kepala Unit Bidang Budaya UNESCO Moe Chiba menjawab pertanyaan awak media terkait pendapatnya terhadap tenun Bayan mengatakan dalam otoritasnya sebagai kepala unit kebudayaan UNESCO setiap kali mendampingi penenun dari seluruh dunia, ia selalu tertarik dengan tekstil tradisional atau kain tenun tradisional lantaran banyak hal yang dapat diilhami seperti budaya, selera, cara membuat dan ritualnya dan nilai-nilai kearifan lokal lainnya 

"Terkait denga harapan supaya penenun Bayan perlu meneruskan kepandaian dan ide-idenya lantaran UNESCO tidak bisa melanjutkan pendampiangan sembari berharap adanya mitra-mitra yang lain untuk membantu," ujar Diana Setiawati Project Coordinator UNESCO Jakarta.

Sementara itu, Kaban Bappeda Heriyanto, SP yang juga panitia penyelenggara melaporkan, bahwa pascagempa bumi di Lombok Utara, sejak saat itu pula konsentrasi pemerintah daerah, relawan dan masyarakat beralih pada recovery baik itu fisik, ekonomi dan juga budaya.

Diceritakan Heryanto, pada Januari 2011 datang kunjungan dari UNESCO untuk memberi dukungan khususnya recovery ekonomi dan budaya. Kegiatan UNESCO, tambahnya, mendapatkan dukungan pendanaan dari berbagai pihak, sehingga  pada bulan Maret UNESCO memberikan bantuan alat tenun, los kerja serta pelatihan desain di Jogja. Selain itu juga, digelar lokakarya dan pameran di Francis.

"Dalam kesempatan yang baik ini kami sampaikan terima kasih kepada UNESCO dan BPMB. Saya harap tetap ada dukungan untuk KLU sampai bisa mandiri", tuturnya mengakhiri laporan.

Kegiatan yang diselenggarakan di Aula Kantor Bupati Lombok Utara tersebut dihadiri para Kepala OPD, Tokoh Adat, Budayawan, Pengrajin Tenun dan pihak UNESCO.  Pada akhir acara juga ditampilkan fashion show kolaborasi tenun Bayan dan tenun Pringgasela, pameran tenun penenun Pringgasela dan Bayan serta diisi talkshow program disampaikan oleh Moe Chiba. (mic)

Posting Komentar

0 Komentar