Breaking News

6/recent/ticker-posts

Pemimpin yang Selalu Hadir | Suara Bumigora


Oleh:
Dr. H. Ahsanul Khalik, M.H.
(Penulis buku Seni Berpikir dan Bekerja ala Bang Zul : Mendayung Menenangkan Badai)

Mataram, suarabumigora.com - Cuaca Indonesia di akhir bulan Desember sedang kurang bersahabat. Menurut rilis BMKG pada tanggal 23 Desember 2022, hujan dengan intensitas sedang, lebat, hingga sangat lebat yang dapat disertai angin kencang dan kilat/petir dalam periode Natal dan Tahun Baru 2023. Peningkatan curah hujan ini dikarenakan adanya sejumlah dinamika atmosfer di antaranya peningkatan aktivitas Monsun Asia, peningkatan intensitas seruakan angin dingin Asia, indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan bagian selatan Indonesia, peningkatan kecepatan angin di permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di sekitarnya. 

NTB termasuk daerah yang terdampak aktivitas Monsun Asia. Tak ayal hujan berturut-turut selama tiga hari yang bermula pada tanggal 23 - 25 Desember telah menyebabkan terjadinya genangan air di beberapa titik seperti di Mandalika, tanah longsor di Jalan By Pass menuju Mandalika, jejalanan penuh dengan serakan  dedaunan. Bahkan pohon yang kebetulan telah berusia tua semisal di Jalan Langko, tepatnya perempatan lampu merah seberang Islamic Center, tumbang melindas mobil pick up yang melewatinya. Beruntung siklus hydrologi ini tidak sampai memakan korban.

Kondisi yang mengenaskan terjadi di Pantai Mapak Indah. Pantai yang terletak di pinggiran selatan Kota Mataram yang kerap jadi destinasi healing atau sekedar menikmati sunset ini, hampir sepanjang jalur pantai porak-poranda: deretan cafe yang terbuat dari bambu dan kayu sudah tidak berbentuk lagi alias hancur berantakan disapu hujan dan angin pantai. Tidak kurang dari 23 unit rumah/bangunan yang berjejer di pinggiran pantai juga lebur dihajar amukan hujan yang disertai angin kencang. Tidak menunggu waktu lama bagi Bang Zul menyambangi mereka yang ditimpa musibah. Di bawah guyuran hujan, angin malam, kedinginan yang merayap, dan pekatnya malam ia hadir menyapa serta membersamai masyarakat Mapak yang sedang dalam duka, mendengarkan harapan, juga menjawab keinginan mereka.
Selepas dari Pantai Mapak, Bang Zul juga menyisir Pantai Loang Baloq yang dilanjutkan dengan mengunjungi masyarakat pesisir Pantai Ampenan. Di sini didapatkan kondisi abrasi dan beberapa rumah ambruk akibat hantaman gelombang air laut Pantai Ampenan. Berikutnya, Bang Zul mendatangi Pura Segera Bintaro Ampenan yang mana tembok pembatas Pura Segara sepanjang sekitar 50 meter roboh akibat abrasi pantai. Bang Zul seperti tidak kehabisan tenaga. Selepas ia bersilaturrahmi dengan masyarakat Desa Kekait.

Kebijakan cepat diambilnya. Diinstruksilan kepada seluruh jajarannya untuk segera bertindak merespons fenomena alam yang kurang bersahabat beberapa hari belakangan ini: menyulap kembali tanah bekas tanah longsor by pass Mandalika, memperbaiki drainase di Mandalika, memperbaiki jalan yang putus akibat tanah longsong, memperbaiki tanggul di Pura Segera, memonitor keadaan cuaca pelabuhan yang menghubungkan Pulau Sumbawa dengan Pulai Lombok, juga Pelabuhan Lembar Bali serta Lembar - Surabaya agar perekonomian tetap berjalan sekalipun dalam suasana yang serba berat. Kita NTB cukup terlatih bekerja cepat menangani bencana mengikuti ritme kecepatan bertindak Bang Zul. Pengalaman kita menangani bencana gempa bumi Lombok 2018 dan penanganan COVID-19 telah menjadi pembelajaran yang berarti bagaimana seharusnya berpikir dan bertindak dalam suasana kegentingan. Dinas Sosial NTB  misalnya menindaklanjuti turba (turun ke bawah) Bang Zul dengan dengan menyalurkan bantuan  beras sebanyak 1.988 kilogram bagi warga terdampak cuaca ekstrem di wilayah pesisir Kota Mataram. 

Bantuan kebutuhan pokok ini diperuntukkan untuk keperluan nelayan sepanjang pantai di Kota Mataram yang terdampak abrasi dan gelombang besar yang merusak lapak usaha, rumah makan dan rumah tinggal di Lingkungan Bintaro, Pondok Perasi, Pantai Penghulu Agung sampai Mapak. Penyaluran bantuan beras tersebut merupakan tindak lanjut dari temu warga sepanjang pesisir pantai Kota Mataram pada Minggu malam tanggal 25 Desember 2022. Bantuan kebutuhan dasar ini akan dipasok sampai 10 hari bagi masyarakat terdampak cuaca ekstrem dan para nelayan yang tidak bisa melaut. Sementara itu, terhadap masyarakat yang rumahnya hancur terpapar abrasi gelombang air laut serta banjir rob, Pemerintah Provinsi NTB akan berupaya untuk membantu memperbaiki dan mencarikan tempat yang aman sebagai tempat relokasi. 

Itulah Bang Zul. Ia selalu ingin hadir merasakan kegetiran warganya. Bang Zul memang bukan tipe pemimpin pada umumnya. Ia tipikal pemimpin yang kurang suka duduk manis menunggu laporan. Nafasnya sangat panjang menghampiri masyarakatnya, dari satu tempat ke tempat yang lain. Dari satu daerah ke daerah yang lain. Ia lebih nyaman bergerak dalam diam tanpa protokoler.  Bang Zul tidak mencari sensasi, tidak pula untuk sebuah prestasi agar disanjung dan dipuji, bukan pula karena ia seorang pemimpin di negeri ini melainkan panggilan dan kepekaan (consciousness) jiwa. Kekuasaan yang melekat dirinya  ia panggul untuk menjadi solusi bagi warganya. Cepat, lugas, dan tuntas adalah keniscayaan dari tiap kebijakannya.

Itu sebabnya ia meninggalkan cara-cara yang terlalu bersolek dengan dirinya. Tampilannya yang sederhana; dari jaket, celana hingga sepatu yang dikenakan tidak melulu harus mewah sebagaimana tipikal penampilan pemimpin lain pada umumnya. Sebagai Gubernur NTB, Bang Zul memang menunjukkan dirinya di luar dari keumuman itu. Dengan begitu ia lebih terbuka mendekatkan diri dengan masyarakat dan memangkas sekat antara pemimpin dan rakyatnya. Bang Zul menunjukkannya dengan berkeliling untuk mendatangi masyarakat tak mesti harus diperlakukan secara mewah. Bahkan ia kerapkali menginap langsung di rumah salah seorang warga masyarakat saat melaksanakan safari, turun ke desa-desa terpencil-pesisir bertemu, berdiskusi, dan memberikan perhatian lebih terhadap masyarakat yang selama ini dipinggirkan. Tak jarang Bang Zul menginap di rumah warga di pelosok desa. Ia berbaur dan merasakan gejolak perasaan dan pikiran masyarakat.

Bang Zul berhasil keluar dari stereotype pemimpin pada umumnya. Meski jadi orang nomor satu di NTB, Bang Zul tetap tampil sederhana. Kesederhanaan tersebut dapat dilihat dari caranya tampil di depan publik secara luwes dan apa adanya. Kesederhanaan hidupnya memang tumbuh dari lubuk hati, bukan berdasarkan citra untuk mempersolek diri di depan publik. Di satu sisi, kesederhanaan, kepribadian, dan cara berpikir Bang Zul sesungguhnya dapat ditafsirkan sebagai simbol yang memiliki makna kecepatan dan ketepatan dalam proses eksekusi kebijakan di tingkat terbawah. 

Bang Zul sangat responsif ketika ia mendapat aduan dari masyarakat. Begitu aduan masuk, salah satunya lewat media sosial, tanpa menunggu waktu lama ia akan menindaklanjuti secara langsung turun ke lokasi maupun dengan menginstruksikan instansi dan perangkat pemerintahan yang ada untuk menindaklanjuti. Badai pasti berlalu. Musibah ini adalah cara Tuhan merekatkan dan menguatkan kembali kita untuk saling membantu, saling menjaga, dan mawas diri.(*)

Posting Komentar

0 Komentar