Breaking News

6/recent/ticker-posts

Bincang Bumi, Pokdarwis Kecewa Disparekraf KLU Absen | Suara Bumigora

Ketua Pokdarwis PAS Malkam Hadi

Lombok Utara, suarabumigora.com - Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesona Alam Santong (PAS) mersa kecewa terkait ketidakhadiran unsur Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kabupaten Lombok Utara (KLU) pada kegiatan Bincang Bumi dengan tajuk "Menakar Jejak Air di Bumi Kayangan" yang dilaksanakan pada Sabtu (16/10/2021) di kedai kopi bumdes setempat. Ketidakhadiran Disparekraf KLU dalam kegiatan tersebut disayangkan, pasalnya Disparekraf KLU merupakan stakeholder utama yang menaungi pokdarwis. Terlebih, dalam diskusi tersebut dibahas mengenai Pariwisata Berbasis Edukasi dan Konservasi. 


"Kami merasa kecewa, apa pun perbincangan kita sore ini, kemasannya adalah pariwisata, sehingga absennya Disparekraf KLU kami sayangkan," ujar Ketua Pokdarwis PAS Malkam Hadi usai kegiatan tersebut. 


Hadir dalam kegiatan tersebut Direktur Perumda Air Minum Amerta Dayan Gunung Firmansyah, Kepala Bidang Pengendalian, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas LH-PKP KLU Gatot Putranom, Kepala Seksi Pembenihan dan Perlindungan PPHP Dinas KPP KLU Muhammad Ayusi, Pemerintah Desa Santong, para aktivis lingkungan, dan anggota Pokdarwis PAS. 


"Selain karena Disparekraf KLU, kami sayangkan semua kepala dinas yang kami undang juga hanya mengirim perwakilan. Hanya Direktur Perumda Air Minum pimpinan yang hadir. Kondisi kita ini butuh perhatian, jangan sampai ini dianggap tidak serius oleh pemerintah, debit air kita berkurang, hutan kita rusak, itulah mengapa kita butuh kerja kolektif," papar Malkam. 


Terlepas dari kondisi kegiatan tersebut beberpa poin telah disampaikan Pokdarwis PAS kepada stakeholders yang hadir, di antaranya: perlindungan hutan yang kian memprihatinkan, dan kondisi sungai yang airnya menyusut, bahkan beberapa mata air telah menghilang. Direncanakan beberapa langkah konservasi akan dilakukan bersama. 


Aktivis Lingkungan, Dedy Pramoehardi menyatakan telah melakukan riset dan ekspedksi di hutan Santong. Ia menceritakan, kekayaan biodiversity hutan Santong adalah yang terkaya di NTB sehingga aset berharga tersebut harus serius dijaga oleh pemerintah. 


Para narasumber pada kegiatan Bincang Bumi

"Kita punya berbagai flora dan fauna, namun banyak yang punah seperti Kakak Tua Jambul Putih, maraknya penebangan liar dan alih fungsi hutan di Santong menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan, dan hilangnya mata air, oleh sebab itu harus serius kita jaga, kita tidak bisa jamin ini akan bertahan sampai kapan," ujar anggota Balitbang Pawang Rinjani tersebut. 


Direktur Perumda Air Minum Amerta Dayan Gunung Firmansyah mengapresiasi kegiatan Bincang Bumi tersebut. Ia memaparkan selama ini bukan hanya mata air, sungai pun ada beberapa yang sudah mengering salah satunya sungai Lokoq Prabu. Kemudian beberapa mata air di KLU sudah kering, lantaran hal tersebut, perlu dilakukan langkah pemeliharaan yang tepat. 


"Apa pun kegiatan kita dalam kehidupan, air adalah hal yang mutlak diperlukan. Hilangnya sumber mata air dan mengeringnya sungai ini menjadi persoalan serius untuk keberlangsungan hidup kita bersama," ujar Firman. 


Ia juga menyebutkan, pertambahan populasi penduduk  sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air untuk masyarakat. Ketika penduduk semakin banyak, konsumsi air pun semakin banyak. Dalam hal seperti ini penting adanya pemerintah guna mengatur dan mengelola kebutuhan air masyarakat. 


"Populasi manusia juga mempengaruhi penggunaan air dan ketersediaannya. Karena itu pemerintah harus mengatur tentang air ini agar tidak menjadi masalah bagi masyarakat," ujarnya. 


Kegiatan menanam usai Bincang Bumi

Sementara itu, mewakili Dinas LH-PKP KLU, Gatot Putranom mengemukakan, lahan hutan adalah wewenang Pemerintah Provinsi, Dinas LH-PKP KLU akan bertindak sebagai stakeholder yang mengembangkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam hal konservasi ini. 


"Hutan itu merupakan wewenang Pemprov NTB. Namun kami akan terlibat dalam memantapkan SDM kawan-kawan ini, agar gerakan konservasinya dapat lebih baik, jika ada keterkaitan dengan Pemprov NTB kami bersedia mendampingi," papar Gatot. 


Ia berharap, kehadiran pokdarwis dan para aktivis lingkungan dapat membantu Dinas LH-PKP dalam merancang kegiatan. Ia ingin agar kegiatan konservasi di wilayah Santong ini dapat dimasukkan dalam program pemerintah tahun depan (2022). 


Dalam kesempatan yang sama, Muhammad Ayusi yang mewakili Dinas KPP KLU menyatakan, Dinas KPP KLU bersedia membantu upaya konservasi tersebut dengan mendukung bibit buah untuk ditanam di wilayah konservasi Desa Santong. Sementara untuk pohon kayu, ia menyarankan Pokdarwis PAS untuk berkoordinasi dengan Dinas LH-PKP KLU. 


"Kami mendukung sekali niat kawan-kawan, kami berkomitmen membantu untuk bibit pohon buah, kalau untuk pohon kayu kawan-kawan diskusikan langsung dengan Dinas LH-PKP KLU," papar Ayusi. 


Semua pihak yang hadir menilai langkah yang dilakukan Pokdarwis PAS, pariwisata alam berbasis edukasi dan konservasi merupakan hal yang tepat untuk menggerakkan roda perekonomian di sektor pariwisata namun tidak terlepas dari upaya perlindungan alam. 


"Pengunjung yang nanti ke sini, memang akan berwisata, namun aktivitas wisatanya berupa penanaman pohon dan hal-hal yang mengedukasi pengunjung agar memiliki kesadaran terhadap konservasi lingkungan," tutup Malkam. 


Kegiatan Bincang Bumi kemudina dilanjutkan dengan penanaman bersama puluhan pohon Flamboyan sebagai simbol konservasi alam, penanaman dilakukan di sekitar pinggiran aliran irigasi dan pinggir jalan raya Desa Santong. (sat)

Posting Komentar

0 Komentar