Mataram, suarabumigora.com - Isu belum optimalnya kemerdekaan bagi profesi jurnalis kembali mengemuka dalam Diskusi Kebangsaan yang digelar Pengurus Daerah Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), di Mataram, Rabu (20/8/2025).
Diskusi bertajuk “Menakar Kebebasan Pers di Era Kemerdekaan” ini menghadirkan narasumber dari unsur Kepolisian Daerah NTB, Pemerintah Provinsi NTB, serta kalangan akademisi. Puluhan perwakilan organisasi pers daerah dan mahasiswa ikut berpartisipasi, menyampaikan pandangan seputar peran media hingga berbagai dinamika lapangan yang dinilai masih menghambat kebebasan jurnalis dalam menyampaikan informasi publik.
Ketua IJTI NTB, Riadis Sulhi, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian HUT ke-27 IJTI sekaligus momentum evaluasi bersama. Ia mengungkapkan bahwa Indeks Kemerdekaan Pers (IKP) di NTB menunjukkan tren penurunan dalam tiga tahun terakhir.
“Pada 2022, nilai IKP NTB berada di angka 79,62, turun menjadi 72,89 pada 2023, dan kembali anjlok ke 68,83 pada 2024. Angka ini jelas memberi pesan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita benahi,” tegas Riadis.
Ia menambahkan, tantangan kebebasan pers di NTB bukan hanya terkait tekanan eksternal, tetapi juga menyangkut profesionalitas jurnalis dalam menjaga kode etik dan kualitas pemberitaan. Karena itu, IJTI mendorong adanya kolaborasi lintas sektor agar ruang kebebasan pers tetap terjaga.
Dalam forum tersebut, perwakilan Polda NTB menegaskan komitmennya untuk menghormati kerja-kerja jurnalistik. Sementara Pemprov NTB menekankan pentingnya transparansi dan keterbukaan informasi, terutama menjelang pelaksanaan Pilkada serentak.
Sejumlah peserta juga menyinggung kasus dugaan intimidasi hingga pembatasan akses informasi yang dialami jurnalis di NTB sepanjang 2024–2025. Mereka menilai praktik tersebut menjadi penghalang bagi pers dalam menjalankan fungsi kontrol sosial.
“Diskusi ini harus menjadi momentum agar kebebasan pers di NTB tidak hanya sebatas jargon, tetapi benar-benar dirasakan oleh jurnalis di lapangan,” pungkas Riadis.(lws)
0 Komentar