Breaking News

6/recent/ticker-posts

Bangkai Udang Berserakan Dinyatakan Masih Proses Riset | Suara Bumigora

Pihak CV Rinjani Fish Farm, Samsul Rizal

Lombok Utara, suarabumigora.com - Pemilik tambak kolam bundar CV Rinjani Fish Farm bantah penemuan limbah udang tersebut disertai unsur kesengajaan. Pihak perusahaan tersebut Samsul Rizal, menegaskan limbah udang tersebut bukan terpapar virus melainkan mati lantaran kekurangan Oksigen. Hal itu dijelaskan Rizal pada media, Rabu (10/8/2022). 


Dikatakan Rijal tambak kolam bundar tersebut merupakan hasil peralihan kepemilikan dari pengelolaan kelompok masyarakat Mumbulsari yang sebelumnya rusak dihantam gempa tiga tahun silam. Pihaknya menegaskan, kelompok tersebut memiliki pinjaman di salah satu Bumdes sebesar Rp 65 juta, lantaran tidak bisa melunasi kemudian hak kelolanya diambil alih olehnya.


"Kelompok pengelola memiliki beban hutang dan saya bantu selesaikan, akhirnya kami kelola melalui badan hukum," jelasnya. 


Pengelolaan kolam bundar sebanyak 40 unit dengan spesifikasi dimater 5 meter dan 30 meter sebanyak satu unit, kolam tersebut diperuntukan sebagai sarana riset peribadi. Ini pertama kalinya kolam-kolam tersebut dikelola kembali, melubernya bangkai udang yang diklaim sebagai limbah itu disebabkan lantaran peroses eksperimen over kapasitas (masih tahap riset), dari kebutuhan tebar benih untuk kolam ukuran dimater 30 meter 350.000 ekor namun uji tebar mencapai 650.000 ekor.


"Kan kita ini dalam tahap uji coba dan riset, karena terlalu banyak yang ditebar akhirnya kebutuhan oksigen tidak mencukupi," jelasnya. 


Secara teknis ukuran sumur serapan atau IPAL miliknya telah disesuaikan dengan kebutuhan sepesifikasi jumlah dan ukuran kolam, sementara insiden melubernya sumur resapan tersebut bukan karena kesengajaan.  Jaring penutup menuju saluran pembuangan limbah jebol, situasi darurat tersebut membuat panik petugas teknis dilapangan. Intinya bangkai udang tersebut tercecer bukan karena kesengajaan atau mati akibat virus melainkan hanya kekurangan oksigen semata. 


"Karena panik melihat banyak bangkai udang, akhirnya dialirkan nah jaring filter yang ada jebol mengakibatkan air tersumbat akhirnya meluber," jelasnya. 


"Ini benar musibah setelah 10 tahun melakukan riset, kalau dibilang ini limbah. (-red) saya lebih faham soal lingkungan karena saya besik perikanan," tambahnya. 


Aktivitas kolam bundar tersebut saat ini dihimbau ditutup hingga enam bulan kedepan, selanjutnya akan dilakukan pembinaan untuk melengkapi kekurangan yang dimiliki. 


Kendati demikian, dirinya menampik tuduhan kapasitas Ipal yang lebih kecil, karena ini kolam risert sudah disesuaikan dengan kapasitasnya. Dirinya mencotohkan kapasitas sumur serapan bagi aktivitas kelas tambak besar yang perlu disorot karena kebutuhan sumur serapannya harus lebih besar kapasitasnya.


"Kalau tambak besar kapasitas sumur serapan harus lebih besar dengan kolam tambaknya, kita khawatir limbah cairnya dibuang langsung ke laut beda dengan kita penambak kecil," tukasnya 


Terkait laporan yang masuk ke Polres Lombok Utara dirinya menghargai peroses yang berjalan, pihaknya memastikan akan berkoordinasi dengan DLH Provinsi, tutupnya. (sat) 

Posting Komentar

0 Komentar