Breaking News

6/recent/ticker-posts

Bermodal Gedebong, Seorang Pria di KLU Hasilkan Peci 2M | Suara Bumigora

Najamuddin memperlihatkan topi dan peci karyanya

Lombok Utara, suarabumigora.com - Najamuddin, Pria 55 Tahun asal Tanjung Lombok Utara berhasil menyulap gedebong atau pelepah pisang menjadi sebuah produk seni (topi dan peci) oriental yang bernilai ekonomis. Topi dan peci yang dibuatnya dari gedebong tersebut kini telah menjadi familiar di Kabupaten Lombok Utara (KLU) bahkan hingga luar daerah. Ia memulai kreativitasnya itu sejak 2020 lalu, karena himpitan ekonomi yang diakibatkan pandemi. Bagi Najamuddin, inilah upyanya untuk mempertahankan isi dapurnya dari serangan krisis ekonomi akibat Covid-19. 


"Dibuang menjadi limbah dan sampah, dimanfaatkan menjadi indah dan berkah" begitulah kalimat unika yang dilontarkan Najamuddin saat ditemui media di Tanjung, Jumat (9/7/2021). 


Tak heran Najamuddin berkata demikian, pasalnya di Lombok kegiatan begawe (pesta) tak lepas dari sayur khas yang disebut Ares, sayur berbahan dasar pohon pisang tersebut kerap menghasilkan limbah pelepah pisang yang tak sedikit, bahkan hingga dua atau tiga mobil pick-up dalam sekali begawe. Hal inilah yang kemudian menjadi perhatian Najamuddin, mensiasati limbah pohon pisang menjadi karya yang bernilai ekonomis. 


Tak singkat waktu yang dibutuhkannya, untuk percobaan dan menguji kualitas bahan saja pria yang akrab disapa Ajam Ambok tersebut membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan, sampai kini ia telah menemukan komposisi dan jenis bahan yang tepat. 


"Saya uji dulu bahannya, di awal-awal dulu saya melakukan uji coba hingga berbulan-bulan sampai ketemu bahan ayang tepat," ujarnya. 


Kini, topi dan peci karyanya telah tercipta dengan berbagai motif yang menunjukan kearifan lokal khas KLU. Di antara motif-motif unik tersebut ada yang dinamainya motif 2M yang merupakan singkatan dari Mempolong-Merenten (semboyan KLU yang berarti bersaudara), ada juga motif dengan logo KLU dan tulisan-tulisan dengan bahasa Sasak Dayan Gunung (KLU). Untuk proses produksi ia bisa membuat satu topi per hari, namun untuk proses bahan aamembutuhkan waktu yang cukup lama. Menjemur pelepah pisang saja dibutuhkan hingga 15 hari. 


"Motifnya banyak, ada 2M Mempolong-Merenten, ada logo KLU dan bentuk tulisan-tulisan dengan bahasa Sasak Dayan Gunung," tambah Ajam Ambok. 


Ia membandrol topi dan peci karyanya dengan berbagai varian harga, mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu, tergantung dari kerumitan motif dan ukuran yang dibuatnya. Selama ini ia lebih banyak menerima pesanan (by order) sesuai motif ketimbang menjual topi dan peci yang sudah jadi. Bahkan tidak main-main, beberapa kali ia menerima pesanan dari luar daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Sumbawa. Kendati demikian ia merasa masih belum memiliki pasar yang jelas.


Topi dan peci karya Najamuddin

"Harganya tergantung motif dan ukuran, beberapa kali memang saya dapat pesanan dari luar daerah, tapi tetap saja tidak konsisten. Saya belum memiliki pasar yang jelas hingga saat ini," tutup Ajam Ambok. 


Menanggapi Hal tersebut, Kepala Bidang Koperasi dan UMKM Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi KLU Sazli Rais mengemukakan, sejatinya produk-produk oriental memang lebih sulit dipasarkan, karena memang bukan lagi mengacu pada fungsi tapi pada estetika. Produk oriental cenderung mahal karena memang hanya orang-orang tertentu yang bisa membelinya.


"Kalau produk oriental memang sulit kita menemukan pasarnya terutama di lingkup lokal, karena memang orientasinya bukan pada fungsi tapi estetika," ujar Sazli. 


Kendati demikian, pihaknya berkomitmen untuk tetap membantu UMKM termasuk Najamuddin untuk memasarkan produknya melalui jaringan dan relasi dinas. Ia menyebutkan akan membeli beberapa produk guna dijadikan sebagai bahan pajangan (display) promosi. 


"Kami akan membeli produknya untuk dipromosikan, kami juga akan membantu memasarkan produk UMKM melalui relasi-relasi dinas," ungkapnya. 


Selain itu, ia menyarankan kepada semua pelaku UMKM untuk bersinergi dengan produsen-produsen besar sehingga produk UMKM dapat berkolaborasi dengan merk dagang yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan popularitas produk UMKM. 


"Saya sarankan untuk bekerja sama dengan produsen besar, terutama UMKM yang kekurangan modal untuk mencari semacam ayah angkat usaha untuk mempermudah. Nanti kami akan bantu juga untuk berkolaborasi dengan produsen-produsen yang sudah besar dan maju," tutup Sazli. (sat) 


Posting Komentar

0 Komentar