Mataram, suarabumigora.com - Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Barat menggelar kegiatan Literasi Media bertajuk “Cerdas dan Bijak dalam Memanfaatkan Ruang Media di Era Penyiaran Digital” di Sekretariat IKA Universitas Mataram, Selasa (14/10).
Ketua KPID NTB, Ajeng Roslinda Motimori, dalam sambutannya menyoroti fenomena penggunaan media digital yang semakin masif di kalangan masyarakat. Menurutnya, pengguna media sejati bukan hanya para konten kreator profesional, tetapi juga masyarakat biasa, bahkan ibu rumah tangga.
“Anak-anak muda, khususnya mahasiswa, harus menjadi pelopor pengguna media yang cerdas dan bijak. Namun jangan lupa, para mak-mak juga hebat karena mampu memanfaatkan media untuk berjualan, memberi motivasi, dan menghasilkan cuan meski dengan konten sederhana,” ujar Ajeng.
Ajeng juga menyinggung perubahan besar dalam dunia penyiaran dari sistem analog menuju era digital. Ia mengingatkan bahwa kemajuan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), memiliki dua sisi — di satu sisi mempermudah kehidupan, namun di sisi lain berpotensi membuat manusia malas berpikir kritis.
“Sekarang semua bisa dijawab oleh AI. Jika tidak disikapi dengan bijak, otak kita bisa berhenti bekerja optimal,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ajeng mengajak peserta yang berasal dari berbagai kampus di Mataram untuk memahami lebih dalam peran, tugas, dan fungsi KPID. Ia juga mendorong agar regulasi penyiaran dapat diperbarui agar relevan dengan perkembangan teknologi informasi saat ini.
“Sudah saatnya Undang-Undang Penyiaran diremajakan agar sesuai dengan kebutuhan zaman. Meski begitu, televisi dan radio tetap menjadi sumber informasi yang dipercaya karena mampu diverifikasi,” jelasnya.
Sementara itu, Komisioner KPID NTB sekaligus penanggung jawab kegiatan, Darsono Yusin Sali, menekankan pentingnya peran mahasiswa sebagai pelopor pengguna media sosial yang cerdas dan bijak.
“Saya berharap mahasiswa dapat memanfaatkan teknologi untuk hal-hal bermanfaat bagi masyarakat, bukan sebaliknya,” ujarnya.
Darsono juga menyampaikan apresiasi kepada para mahasiswa yang hadir sebagai bentuk kepedulian terhadap pentingnya literasi media di tengah banjir informasi saat ini.
Kegiatan literasi media tersebut turut menghadirkan sejumlah komisioner KPID NTB sebagai narasumber, di antaranya Yusron Saudi, Abdul Muluk, dan Husna Fatayati.
Dalam pemaparannya, Yusron Saudi menyoroti tantangan generasi muda di tengah derasnya arus informasi.
“Kita hidup di era notifikasi tanpa henti. Banyaknya grup dan platform media membuat orang mengalami information overload. Bahkan kini sulit membedakan mana video asli dan mana hasil AI,” ungkapnya.
Yusron menjelaskan bahwa literasi digital harus mencakup empat pilar utama: kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Sementara itu, Abdul Muluk memaparkan pentingnya kemampuan memverifikasi informasi di tengah maraknya hoaks dan disinformasi.
“Adik-adik bisa menjadi ‘penyiar kebenaran’ di lingkungan masing-masing. Sebelum menyebarkan informasi, pastikan dulu kebenarannya melalui platform terpercaya,” tegasnya.
Abdul juga menyinggung keresahan publik akibat penyebaran narasi provokatif di media sosial.
“Algoritma media bisa membuat isu cepat viral, seperti video aksi anggota dewan yang disalahartikan. Karena itu, penting untuk selalu menelusuri alur berita dan fakta sebenarnya,” pungkasnya.
Adapun Husna Fatayati menutup sesi dengan materi strategi analisis konten media, yang mengajak peserta lebih kritis dalam menilai pesan dan makna di balik setiap tayangan atau unggahan digital.
Melalui kegiatan ini, KPID NTB berharap generasi muda mampu menjadi pengguna media yang cerdas, etis, dan produktif di tengah derasnya arus informasi di era penyiaran digital.(lws)
0 Komentar