Breaking News

6/recent/ticker-posts

Tim Matching Fund Kedaireka Unram Launching dan Desiminasi Paket Wisata 16 Dewi Lingkar Mandalika | Suara Bumigora

Pemutaran video promosi desa wisata

Mataram, suarabumigora.com - Tim Matching Fund Kedaireka Universitas Mataram (Unram) menyelenggarakan Launching dan Desiminasi 16 Paket Wisata, desa wisata (dewi) lingkar Mandalika. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Jumat (25/11/2022) di Hotel Golden Palace, Mataram. Launching tersebut disertai juga dengan pemutaran video promosi 16 dewi yang telah disusun paket wisatanya. 


Hadir dalam kegiatan tersebut Prof. Buan Anshari mewakili Rektor Unram sekaligus sebagai Koordinator Matching Fund Universitas Mataram, Ketua Pelaksana Tim Kedaireka Hartin Nur Khusnia, Sekertaris Dinas Pariwisata NTB Lalu Hasbul Wadi, Kepala Dinas Pariwisata Lombok Tengah Lalu Lendek Jayadi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Unram Agus Purbatin Hadi, mitra program Kedaireka Genpi dan Besiru, para anggota kelompok sadar wisata (pokdarwis) 16 desa wisata, dan undangan lainnya. 


Dalam sambutannya Koordinator Matching Fund Unram Prof. Buan Anshari menyatakan, program Matching Fund Kedaireka adalah program kolaborasi antara Unram, Dikti, dan dunia industri untuk mengambil bagian dalam pengembangan pariwisata di NTB. Ia menyebutkan, tim  penyusunan paket wisata dan digital marketing ini merupakan salah satu dari enam tim Matching Fund yang terlaksana di Unram, beberapa terkait dengan produksi kosmetik dengan bahan dasar rumput laut, pertanian, perkebunan, dan sains teknologi. 


Ketua Pelaksana Tim Kedaireka Hartin Nur Khusnia

"Ini kerja bersama kita, untuk di Unram sendiri ada enam tim, penyusunan paket wisata dan digital marketing ini salah satunya. Ada juga pembuatan kosmetik dari bahan rumput laut," jelas Buan. 


Ia menambahkan, kegiatan atau program tersebut juga bertujuan meningkatkan Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tingginya (Unram), seperti mahasiswa berkegiatan di luar kampus, begitu juga dengan dosen berkegiatan di luar kampus, praktisi, dan karya dosen diakui oleh masyarakat. 


Pada sambutnnya, Ia berharap, adanya launching paket wisata di 16 dewi ini dapat membantu masyarakat khususnya di desa wisata menjadi maju dan berkembang. Kemudian dapat meningkatkan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan. 


Para peserta kegiatan

Di tempat yang sama, Ketua Pelaksana Tim Kedaireka Hartin Nur Khusnia menyampaikan hal serupa dengan Buan, menurutnya program ini secara implikasi akan berdampak secara internal dan eksternal kampus. Internal seperti peningkatan IKU perguruan tinggi, dan sisi eksternal tentunya kematangan desa wisata yang dapat berimplikasi ekonomi. 


"Tentunya harapan kita adalah desa wisata ini dapat mandiri, paket-paket yang sudah disusun bersama dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di sektor itu," jelas Hartin. 


Ia menuturkan, ada lima desa dari 16 desa wisata yang masih termasuk kategori Rintisan, sisanya merupakan desa wisata yang sudah termasuk adaptif. Sebelumnya, tutur Hartin, timnya telah melakukan pemetaan terhadap hal tersebut, kemudian pada Focus Group Discussion (FGD) yang telah dilakukan timnya bersama para pokdarwis, menghasilkan beberapa potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai destinasi. 


"Sebelumnya kami diskusi, terjun lapangan melakukan verifikasi, sehingga kami dapat menyaring potensi yang ada di desa-desa tersebut, barulah dari sana kami menyusun paket wisata bersama," terangnya. 


Foto bersama usai kegiatan

Dalam proses ke depannya, Hartin berharap agar pemerintah mulai dari desa hingga pemerintah pusat dapat membantu secara intensif untuk pematangan desa wisata tersebut. Pasalnya, hal yang kerap menjadi kendala adalah infrastruktur, dan hal tersebut membutuhkan partisipasi pemerintah. 


"Banyak kita temukan kendala utama mereka adalah infrastruktur, sehingga ini perlu menjadi atensi pemerintah," urainya. 


Timnya telah melakukan verifikasi ke lapangan bertemu dengan berbagai tokoh di desa guna memastikan paket-paket wisata yang dibuat timnya tidak hanya berdasarkan cerita, tapi memang keberadaannya nyata. Sehingga ketika ada pesanan dari para wisatawan, mereka menemukan atraksi yang mereka inginkan. 


"Kadang-kadang yang menjadi masalah itu adalah kesiapan, seperti misalnya, ada atraksi mini rafting, tapi di saat hujan debit air membesar, atau saat sungai itu butuh dibersihkan, apa kemudian pengelola ini sensitif terhadap hal tersebut. Itu sebabnya kesadaran pengelola dan masyarakat itu penting," terang Hartin. 


Sementara itu, Sekertaris Dinas Pariwisata Provinsi NTB Lalu Hasbul Wadi, menyatakan dari 16 desa wisata di Indonesia yang termasuk kategori Desa Wisata Berkelanjutan tiga di antaranya ada di NTB, yaitu Desa Wisata Bilebante (Lombok Tengah), Desa Wisata Sesaot (Lombok Barat), dan Desa Wisata Kembang Kuning (Lombok Timur). Harapannya, dari peluncuran paket ini ke depan desa wisata dengan kategori tersebut akan bertambah di NTB, dengan begitu perhatian pemerintah pusat terhadap pariwisata NTB dapat lebih masif. 


"Harapan kita desa-desa wisata kita di NTB dapat lebih maju lagi, seperti Sesaot, Kembang Kuning, dan Bilebante yang kini telah menjadi perhatian nasional. Di NTB saat ini masih banyak desa wisata kita termasuk Rintisan," terangnya. 


Kegiatan launching paket wisata 16 desa wisata lingkar Mandalika tersebut, diakhiri dengan pemutaran video promosi wisata 16 desa tersebut, dan dilanjutkan dengan berfoto bersama. (sat)

Posting Komentar

0 Komentar