Breaking News

6/recent/ticker-posts

Sayur Organik Buwuh : Gerakan Petani Muda Swadaya

Seorang anggota Sayur Organi Buwuh, sedang memeriksa kondisi sayur.

"Kalau bukan kita sebagai pemuda, siapa lagi yang akan memikirkan dan bertindak untuk  ketahanan pangan Dunia"


Gunungsari, Lombok Barat-Suara Bumigora,  Petani, merupakan profesi yang ditinggal oleh masyarakat akhir-akhir ini. Lahan pertanian pun kini semakin menyusut, padahal tingkat konsumsi masyarakat terhadap produk pertanian semakin tinggi, namun lahan pertanian dan profesi petani kian ditinggalkan. wajar saja pemerintah daerah maupun pusat kini banyak melakukan impor beras maupun hasil tani lainnya.

Sarif, Ketua Sayur Organik Buwuh, sedang membawa hasil panennya.
"Kalau bukan kita sebagai pemuda, siapa lagi yang akan memikirkan dan bertindak untuk ketahanan pangan duni" ungkap Syarifudin, Mahasiswa smeter akhir Fakultas Pertanian dan Agrobisnis Universitas Mataram yang juga merupakan Ketua dari Sayur Organik Buwuh (Kelompok Petani Muda Swadaya), yang bergerak di Dusun Buwuh, Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari ini.


Ketika Tim redaksi suarabumigora.com mengunjungi lahan pertanian mereka, kamis (7/3/2019), terlihat mereka sedang menyemai bibit sawi, di sebagian lahan yang mereka garap, lahan seluas 200 meter persegi tersebut ditanami tiga komoditas sayur yaitu selada, bayam, dan sawi. Syarif mengaku ia menyewa lahan tersebut dari salah seorang petani setempat. 
Memberikan perawatan pada sayur

Menyemai bibit dan mempersiapkan lahan
Sarif menyatakan mereka menggunakan sistim tanam silang pada pola kelolanya untuk mensiasati keterbatasan lahan yang mereka garap, dan agar bisa memanen dan menanam secara kontinyu. "kita terapkan sistim silang biar tetap kontinyu prosesnya, jadi sebagian lahan digunakan pembibitan, sebagian sudah ditanami sayur yg berusia seminggu, sebagian ada yang siap panen dan sebagian lagi sedang dipanen" tuturnya. 


Nindi, Sekertaris pelaksana program Sayur Organik Buwuh, menyatakan, kegiatan pertanian yang mereka lakukan tidak hanya sebatas menjual hasil panen tetapi juga sisa sayur yang tidak bisa terjual mereka olah menjadi olahan pangan berupa kripik sayur organik yang mereka beri nama Toba (Tortilla Bayam) dan Tosa (Tortilla Sawi), "biar gak sia-sia, sayur yang gak terjual kita bikin jadi tortilla" jelas Nindi.

Produk Olahan, Toba (tortilla bayam) dan Tosa (tortilla sawi) 
Mengenai pemasaran, sementara ini mereka masih menjual sayur di lingkungan dusun Buwuh saja serta menerima pesanan via telpon atau media sosial, rencananya jika nanti sudah lebih maju dan mereka akan membuka retail sayur organik manual maupun online, sehingga sayur yang organik yang lebih sehat dapat dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, "kami baru menual ke ibu-ibu di komplek saja, ke depan kita akan berinovasi tentunya dengan memanfaatkan teknologi" ungkap Nindi.

Proses pembuatan Toba dan Tosa
Gerakan petani muda ini melibatkan Remaja Masjid Al-Muhajirin Dusun Buwuh, " semua anggota Sayur Organik Buwuh pada dasarnya adalah anggota kami" ungkap Hariadi, Ketua Remaja Dusun Buwuh ini. menurut Hariadi, seluruh hasil penjualan sayur juga dialokasikan sebagai dana kas Remaja, karena tujuan awal pengelolaan dan pembentukan gerakan ini untuk memajukan Remaja. 


"Bukan hanya dengan Remaja, Sayur Organik Buwuh juga bekerjasama dengan pihak Fakultas Pertanian dan Agrobisnis Unram, untuk meningkatkan kapasitas pemuda dusun Buwuh dalam bidang pertanian" tambah Sarif. (Sat) 

Posting Komentar

0 Komentar